Ok, kali ini saya mencoba untuk berbagi sedikit cerita walaupun jujur saja saya sedang dilanda sindrom malas menulis, alesan! hahahha.
Seperti sebelum-sebelumnya, alhamdulillah saya diberi amanah untuk tugas keluar kota. Eitsss tunggu dulu jangan kira saya tugas ke pulau Jawa yang punya banyak daerah wisata. Saya ditugaskan ke kabupaten Lahat yang mempunyai sebutan "Bumi Seganti Setungguan". Dengan lama perjalanan darat Palembang-Lahat memakan waktu lebih kurang 5-6 jam, fiuhhh!!
Seperti sebelum-sebelumnya, alhamdulillah saya diberi amanah untuk tugas keluar kota. Eitsss tunggu dulu jangan kira saya tugas ke pulau Jawa yang punya banyak daerah wisata. Saya ditugaskan ke kabupaten Lahat yang mempunyai sebutan "Bumi Seganti Setungguan". Dengan lama perjalanan darat Palembang-Lahat memakan waktu lebih kurang 5-6 jam, fiuhhh!!
Daerah ini kaya dengan hasil alam yaitu batubara, jadi jangan heran kalau di sepanjang perjalanan kita akan melihat truk-truk besar yang mengangkut batubara hilir mudik, ga cuma itu ditambah lagi jalanan yang rusak dibeberapa ruas.
Ok, stop sampai disitu tujuan nulis bukan mau jelasin hal tersebut. Jadi singkatnya gini, untungnya waktu itu hari minggu, dan waktu libur itu saya manfaatin untuk mencoba mengunjungi tempat yang boleh dibilang menjadi tempat wisata di daerah Lahat. Salah satunya air terjun Perigi, berhubung memang pada dasarnya saya suka petualangan jadi pada waktu pertama diceritakan kalau jarak tempuh menuju ke air terjun itu akan melewati hutan lebih kurang sekitar 30 menit dan ada jembatan gantung sebelumnya saya justru makin tertantang, justru ini yang saya cari.
Perjalanan dari kota Lahat menuju desa Perigi adalah 15 menit, setelah sampai di desa tersebut saya dan teman- teman saya menitipkan kendaraan roda 2 di rumah kerabat dari teman kami. karena untuk menuju ke air terjun tersebut hanya dapat dilakukan dengan jalan kaki. Tak jauh dari pemukiman warga sekitar kami menjumpai jembatan gantung sebagai salah satu akses penghubung karena terpisahkan oleh sungai Lematang, jujur saja ini jembatan gantung pertama yang saya naiki, kalau salah satu teman saya teriak-teriak ketakutan saya justru lompat- lompat kegirangan. Panjang jembatan ini lebih kurang sekitar 20 meter (cmiiw) dan sesampainya di penghujung jembatan ternyata untuk melihat air terjun kita harus membayar pungli kepada warga sekitar sebesar 1.000 rupiah per orang.
Setelah itu barulah kami memasuki hutan karet yang cukup luas dan sunyi selama 20 menit, tau sendiri kan, jalannya ga lurus-lurus aja tapi naik turun, yahh cukup bikin saya sedikit ngos-ngosan juga. Sebelum sampai di air terjun Perigi tersebut kami bertemu seorang ibu yang sudah setengah baya, ibu itu merupakan pemilik kebun karet yang letaknya persis dekat air terjun sama seperti awal tadi kami juga dikenakan biaya masuk alias pungli Rp. 1000/orang.
Akhirnya sampai juga, setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan dan 2 kali pungutan liar mata saya terpana dengan beningnya air yang berasal dari air terjun Perigi. Kalau kita bicara soal ketinggian, air terjun Perigi tidaklah begitu tinggi, sekilas ada 3 tingkat dan cukup lebar. Walaupun tidak sangat indah namun sedikit menikmati wisata alam yang ada di Sumatera Selatan khususnya di beberapa kabupaten yang ada cukup membayar kepuasan hati saya untuk dapat mengunjungi beberapa wisata alam yang ada di daerah. Saya jadi teringat dulu pernah mendaki gunung Dempo yang ada di Pagaralam dan Bukit Serelo (bukit yang berbentuk Jempol) beberapa tahun silam. Kuasa Allah memang menakjubkan sodara-sodara.
Ok, stop sampai disitu tujuan nulis bukan mau jelasin hal tersebut. Jadi singkatnya gini, untungnya waktu itu hari minggu, dan waktu libur itu saya manfaatin untuk mencoba mengunjungi tempat yang boleh dibilang menjadi tempat wisata di daerah Lahat. Salah satunya air terjun Perigi, berhubung memang pada dasarnya saya suka petualangan jadi pada waktu pertama diceritakan kalau jarak tempuh menuju ke air terjun itu akan melewati hutan lebih kurang sekitar 30 menit dan ada jembatan gantung sebelumnya saya justru makin tertantang, justru ini yang saya cari.
Perjalanan dari kota Lahat menuju desa Perigi adalah 15 menit, setelah sampai di desa tersebut saya dan teman- teman saya menitipkan kendaraan roda 2 di rumah kerabat dari teman kami. karena untuk menuju ke air terjun tersebut hanya dapat dilakukan dengan jalan kaki. Tak jauh dari pemukiman warga sekitar kami menjumpai jembatan gantung sebagai salah satu akses penghubung karena terpisahkan oleh sungai Lematang, jujur saja ini jembatan gantung pertama yang saya naiki, kalau salah satu teman saya teriak-teriak ketakutan saya justru lompat- lompat kegirangan. Panjang jembatan ini lebih kurang sekitar 20 meter (cmiiw) dan sesampainya di penghujung jembatan ternyata untuk melihat air terjun kita harus membayar pungli kepada warga sekitar sebesar 1.000 rupiah per orang.
Setelah itu barulah kami memasuki hutan karet yang cukup luas dan sunyi selama 20 menit, tau sendiri kan, jalannya ga lurus-lurus aja tapi naik turun, yahh cukup bikin saya sedikit ngos-ngosan juga. Sebelum sampai di air terjun Perigi tersebut kami bertemu seorang ibu yang sudah setengah baya, ibu itu merupakan pemilik kebun karet yang letaknya persis dekat air terjun sama seperti awal tadi kami juga dikenakan biaya masuk alias pungli Rp. 1000/orang.
Akhirnya sampai juga, setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan dan 2 kali pungutan liar mata saya terpana dengan beningnya air yang berasal dari air terjun Perigi. Kalau kita bicara soal ketinggian, air terjun Perigi tidaklah begitu tinggi, sekilas ada 3 tingkat dan cukup lebar. Walaupun tidak sangat indah namun sedikit menikmati wisata alam yang ada di Sumatera Selatan khususnya di beberapa kabupaten yang ada cukup membayar kepuasan hati saya untuk dapat mengunjungi beberapa wisata alam yang ada di daerah. Saya jadi teringat dulu pernah mendaki gunung Dempo yang ada di Pagaralam dan Bukit Serelo (bukit yang berbentuk Jempol) beberapa tahun silam. Kuasa Allah memang menakjubkan sodara-sodara.